(1)
Deskripsi Pengetahuan dan Perilaku PencegahanGastritis pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Inikembali
Eridha Nonita Sebayang091121063
Sekolah KeperawatanUniversitas Sumatera Utara
(2)
(3)
(4)
kata pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi saya motivasi terbesar dalam hidup ini dengan berkat dan karunia-Nya, serta keluarga dan teman-teman saya yang telah memberi saya contoh langkah terbaik yang dapat saya ambil untuk mencapai cita-cita tersebut. Penyelesaian berjudul “Review Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara”.
Dalam proses persiapan pekerjaan ini, kami telah menerima banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes menjabat sebagai dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan Erniyati, S.Kp, MNS menjabat sebagai wakil dekan tingkat pertama Fakultas Keperawatan Universitas tersebut Sumatera Utara.
2. Ibu Cholina Trisa Siregar, M.Kep, SpKMB Mencurahkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk karya ini sebagai pembimbing doktoral, memberikan informasi yang bermanfaat, dan mendukung saya dalam proses penyelesaian karya ini. didorong dan didukung.
3. Ibu Salbiah S.Kp, M.Kep selaku Mentor II banyak memberikan masukan yang bermanfaat untuk pekerjaan ini.
(5)
5. Bapak Ikhsanuddin Harahap MNS menasehati dan memotivasi penulis selama kuliah di Fakultas Keperawatan USU sebagai pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik saya selama proses pengajaran, serta tenaga non akademik yang telah membantu saya dalam hal administrasi.
7. Terima kasih khusus kepada seluruh keluarga besarku, Ayah D. Sebayang, ibuku tersayang S Br Karo dan adik-adikku Mindi Sebayang, Adhi Sebayang dan Edhi Sebayang yang terus memberikan motivasi tiada henti dan doa yang sangat berarti bagiku Itu sangat berarti.
8. Kepada seluruh teman-teman mahasiswa pemekaran Stambuka 2009, khususnya Theresia Gustini Manalu, Ririn Suwinul Arifin, dan Sarah Damayanti Saragih, yang telah setia mengikuti penulis baik suka maupun duka. Dan tidak berhenti menasihati penulis dan memotivasinya untuk belajar dan lulus secepatnya. Dan semua sobat senjata yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
9. Kesediaan responden untuk meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian saya, yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
(6)
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan rahmat kepada semua pihak yang telah membantu saya. Semoga makalah ini bermanfaat dalam memberikan informasi di bidang kesehatan khususnya keperawatan.
Medan, Januari 2011
(7)
Daftar isi
Bab 1 PENDAHULUAN1. Latar Belakang... 1
2. Rumusan masalah... 3
3. Tujuan penelitian... 3
4. Manfaat Riset... 3
Bab 2 Kajian Pustaka1.Pengetahuan...5
1.1 Definisi Pengetahuan... 5
1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ...7
1.3 Pengetahuan tentang pengukuran... 9
3.3 Perilaku Mencegah Gastritis 36
Bab Tiga Kerangka Penelitian1. Kerangka Penelitian... 39
2. Definisi Operasional... 40
(8)
9. Analisis Data... 47Bab 5 Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian... 49 2. Pembahasan... 52Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Kesimpulan...58 2. Rekomendasi...59bibliografi
aditif
1. Formulir Informed Consent untuk Partisipasi Studi 2. Kuesioner Demografi
3. Distribusi frekuensi pengetahuan tentang gastritis pada mahasiswa keperawatan USU
4. Distribusi frekuensi perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa Keperawatan USU
5. Indeks Validitas Isi Tabel (CVI)
(9)
daftar formulir
Tabel 1 Kerangka Riset Operasional... 35
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Demografi Responden...36
Tabel 3 Sebaran Tingkat Kesadaran Pengetahuan Gastritis... 38
(10)
daftar sistem
(11)
Judul: Kajian Pengetahuan dan Perilaku Mencegah Gastritis di Kalangan Sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Nama: Eridha Nonita Sebayang
Nama: 091121063
Abteilung : Sarjana Keperawatan (S.Kep)Abstrak
Gastritis merupakan penyakit yang semakin sering terjadi di kalangan pelajar yang disebabkan oleh pola makan yang tidak tepat, gaya hidup dan peningkatan aktivitas (tugas mengajar), sehingga siswa tidak memiliki waktu untuk mengatur pola makan dan malas saat makan. Survey mahasiswa oleh peneliti Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara menemukan bahwa 60% dari mahasiswa tersebut menderita gastritis, dan beberapa mahasiswa cenderung mengabaikan gastritis ketika aktivitas kuliahnya meningkat, dan sering lupa makan tepat waktu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengetahuan mahasiswa tentang gastritis dan perilakunya untuk mencegah gastritis tahun 2010. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel penelitian adalah 88 mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Survei dilakukan pada Agustus 2010. Analisis data didasarkan pada distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang gastritis yaitu sebanyak 81 (92,0%), dan sebagian kecil berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 3 (3,4%). Sebagian besar siswa berada pada kategori kurang dengan tepat 61 (69,3%) dalam mencegah gastritis, dan sebagian kecil berada pada kategori baik dengan tepat 10 (11,4%).
Untuk itu, mahasiswa Fakultas Keperawatan USU disarankan untuk menggunakan teknik perawatan diri untuk mencegah gastritis.
(12)
Judul: Kajian Pengetahuan dan Perilaku Mencegah Gastritis di Kalangan Sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Nama: Eridha Nonita Sebayang
Nama: 091121063
Abteilung : Sarjana Keperawatan (S.Kep)Abstrak
Gastritis merupakan penyakit yang semakin sering terjadi di kalangan pelajar yang disebabkan oleh pola makan yang tidak tepat, gaya hidup dan peningkatan aktivitas (tugas mengajar), sehingga siswa tidak memiliki waktu untuk mengatur pola makan dan malas saat makan. Survey mahasiswa oleh peneliti Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara menemukan bahwa 60% dari mahasiswa tersebut menderita gastritis, dan beberapa mahasiswa cenderung mengabaikan gastritis ketika aktivitas kuliahnya meningkat, dan sering lupa makan tepat waktu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengetahuan mahasiswa tentang gastritis dan perilakunya untuk mencegah gastritis tahun 2010. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel penelitian adalah 88 mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Survei dilakukan pada Agustus 2010. Analisis data didasarkan pada distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang gastritis yaitu sebanyak 81 (92,0%), dan sebagian kecil berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 3 (3,4%). Sebagian besar siswa berada pada kategori kurang dengan tepat 61 (69,3%) dalam mencegah gastritis, dan sebagian kecil berada pada kategori baik dengan tepat 10 (11,4%).
Untuk itu, mahasiswa Fakultas Keperawatan USU disarankan untuk menggunakan teknik perawatan diri untuk mencegah gastritis.
(13)
BAB 1memperkenalkan
1.1 Latar Belakang
Gastritis adalah jenis yang umum di kalangan remaja, terutama di kalangan mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebiasaan makan yang tidak teratur, gaya hidup yang salah dan aktivitas yang meningkat (pekerjaan rumah), sehingga siswa tersebut tidak memiliki waktu untuk mengatur kebiasaan makannya dan malas saat makan (Fahrur, 2009).
Menurut Herlan pada tahun 2001, konsumsi alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan pedas (15%), pengobatan (18%), dan terapi penyinaran (2%) merupakan penyebab gastritis, sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2001, 2009 Infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun dan radiasi juga dapat menyebabkan gastritis.Hari penyakit Crohn.
Salah satu penyebab gastritis adalah infeksi Helicobacter pyloriHelicobacter pylori (H. pylori), satu-satunya bakteri yang hidup di lambung.
(14)
Hal ini dapat mempengaruhi tingginya angka kejadian gastritis yang cukup tinggi di beberapa daerah di Indonesia.
Gejala umum pada penderita maag antara lain rasa tidak nyaman di perut yang mengganggu aktivitas sehari-hari, kembung, sakit kepala, serta mual, cegukan, dan perut kembung. mampuJuga disertai demam, menggigil (chills), cegukan (cegukan).
Jika gastritis tidak terkontrol, maka bisa semakin parah dan akhirnya menimbulkan tukak yang disebut tukak lambung akibat asam lambung. Bahkan bisa disertai hematemesis (Arifianto, 2009). Menurut sebuah studi tahun 2007-2008 oleh Surya dan Marshall, gastritis yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius.Menyebabkan penyakit serius yaitu kanker lambung dan tukak lambung.
(Raifudin, 2010).
(15)
Gastritis dan tindakan pencegahan gastritis. Di kalangan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
1.2 Pernyataan masalah
Menurut data yang diterima, terjadi peningkatan jumlah kasus gastritis mengingat tingginya kejadian gastritis di kalangan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Sehingga penulis ingin melakukan penelitian deskriptif. untuk:
A. Kaji ulang pengetahuan siswa tentang faktor penyebab gastritis dan tingkat pengetahuan siswa tentang faktor penyebab gastritis.
b. Pengetahuan perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
A. Mengetahui seberapa baik siswa mengetahui tentang faktor penyebab gastritis
(16)
I.4 Manfaat penelitian1. Untuk Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi perawat untuk menggambarkan pengetahuan dan perilaku mahasiswa pencegahan gastritis di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk pemeliharaan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya mata kuliah keperawatan medikal dan bedah, sehingga mampu membekali mahasiswa keperawatan secara komprehensif dalam hal pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis.
3. Peneliti Senior
(17)
BAB 2
Tinjauan Literatur
2.1. Apa yang perlu diketahui
2.1.1 Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari pengetahuan, yang terjadi setelah persepsi terhadap suatu objek. Sensasi ini terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia berasal dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2 Tingkat pengetahuan
Pengetahuan atau kognisi merupakan area yang sangat penting dalam membentuk perilaku individu karena pengalaman dan penelitian telah menunjukkan bahwa perilaku berdasarkan pengetahuan lebih baik daripada perilaku tidak berdasarkan pengetahuan.
Ada enam tingkatan pengetahuan yang terdapat dalam ranah kognitif, yaitu:
1.penuh arti
(18)
terstimulasi. Oleh karena itu, pengetahuan adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. memahami
Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menginterpretasikan dengan benar objek-objek yang diketahui dan mampu menginterpretasikan materi dengan benar.
3.aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan mengaplikasikan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi kehidupan nyata.
4.menganalisa. (menganalisa)
Analisis, atau kemampuan menguraikan suatu bahan atau benda menjadi komponen-komponen yang masih dalam suatu struktur organisasi dan saling berkaitan satu sama lain.
5.Sintesis (sintesis).
Sintesis mengacu pada kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian atau menghubungkannya menjadi satu kesatuan dalam bentuk baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk membangun resep baru dan yang sudah ada.
6.Sintesis (sintesis).
(19)
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah: a. pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari pengalaman orang lain. Memperoleh pengalaman memperluas pengetahuan.
b. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat memberikan wawasan atau pengetahuan. Secara umum, orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih banyak daripada orang dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.
c.Iman
Seringkali, kepercayaan diturunkan dari generasi ke generasi tanpa bukti sebelumnya. Keyakinan ini mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu positif maupun negatif.
YAITU. tujuan
(20)
e.tiba
Penghasilan tidak secara langsung mempengaruhi pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang memiliki penghasilan yang cukup, mereka dapat memperoleh atau membeli fasilitas sumber daya TI. F. Sosial budaya
Budaya lokal dan kebiasaan keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
Pak Dobb
Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan. Usia tua adalah masa penyesuaian diri dengan cara hidup yang baru. Periode ini adalah periode melahirkan anak, kekhawatiran, ketegangan emosional, sosialisasi, keterlibatan, ketergantungan, transformasi nilai, adaptasi hidup baru, periode kreatif dll. Dunia saat ini ditandai dengan perubahan fisik dan mental, dan semakin tua seseorang, semakin sehat dan berpengetahuan mereka. Usia yang lebih cepat memperoleh pengetahuan adalah 18-40 (Notoadmojo, 2003).
H.Sumber Daya
(21)
Mereka menyampaikan informasi, mempromosikan pemikiran dan keamanan (Notoatmodjo, 2003).
Information sourcing adalah proses pemberitahuan yang mengakibatkan seseorang menerima informasi dengan cara mendengar atau melihat sesuatu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semakin banyak informasi yang diterima orang, semakin komprehensif pengetahuannya (Depdikbud, 2001).
2.1.4 Pengetahuan pengukuran
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau kuesioner, dimana isi materi yang akan diukur ditentukan oleh subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur dapat diselaraskan ke tingkat batas atas (Notoatmodjo, 2003). Teori lain berusaha menemukan faktor-faktor penentu perilaku dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, terutama kesehatan. Perilaku terkait, termasuk teori Hijau Lawrence (Green, dalam Notoatmodjo, 2003), berupaya menganalisis perilaku manusia dari perspektif kesehatan. sehatSeseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh perilaku (penyebab dari perilaku buruk).Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor, yaitu:
A.Faktor-faktor yang mempengaruhi (inducing factor) diwujudkan dalamPengetahuan, sikap, kepercayaan, kepercayaan dan nilai.
(22)
C.Penguat (faktor pembesaran), dinyatakan dalam sikapdan perilaku petugas kesehatan.
2.1.5 Tujuan pengetahuan
Pengetahuan mencakup keyakinan bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk memperoleh kepastian dan meruntuhkan prasangka (wikipedia.org, 2006).
2.1.6 Jenis Pengetahuan
Pengetahuan dapat dikategorikan sebagai pengetahuan teoretis yang diperoleh tanpa mengamati dunia. Pengetahuan pengalaman diperoleh semata-mata dengan mengamati dunia atau dengan berinteraksi dalam beberapa cara; pengetahuan biasanya diperoleh dengan menggabungkan atau memperluas pengetahuan lain dengan berbagai cara.
Pengetahuan adalah hasil dari pengetahuan. Ini terjadi setelah orang menyentuh suatu objek. Persepsi terjadi melalui panca indera manusia: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan sentuhan. Sebagian besar pengetahuan manusia berasal dari mata dan telinga. pengetahuan atau kognisi merupakan domain yang sangat pentingRancangan tindakan sendiri (perilaku terbuka) (Notoatmodjo, 2003).
2.1.7. Cara memperoleh pengetahuanA. Cara tradisional
(23)
1.coba-coba
Pendekatan coba-coba ini diimplementasikan dengan memanfaatkan kemungkinan bahwa metode lama tidak akan berhasil.
2. Kekuasaan (otoritas)
Pengetahuan diperoleh melalui otoritas (kekuasaan), baik otoritas negara maupun otoritas
3. Berdasarkan pengalaman
Ini dicapai dengan mengulangi apa yang telah kita pelajari dari pemecahan masalah sebelumnya.
4. Melalui pikiran
Artinya, orang dapat menggunakan pemikirannya untuk memperoleh pengetahuan.
b. Cara-cara modern untuk memperoleh pengetahuan
Cara baru atau lebih modern untuk memperoleh pengetahuan sekarang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Pendekatan ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih umum metode penelitian (Notoatmodjo, 2002).2.2 Gastritis
2.2.1 Pengertian gastritis
(24)
Gastritis adalah peradangan pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri patogen yang masuk ke dalam saluran pencernaan (Endang, 2001).
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung, secara klinis bermanifestasi sebagai gangguan pencernaan atau gangguan pencernaan. Endoskopi mengungkapkan edema mukosa, sedangkan foto menunjukkan ketidakteraturan mukosa (Dongoes, 2000).
Menurut manifestasi klinis, gambaran khas, distribusi anatomi dan kemungkinan patogenesis gastritis, terutama gastritis kronis, gastritis secara umum dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Menurut manifestasi klinisnya, gastritis dapat dibagi menjadi gastritis akut dan gastritis kronis, selain itu gastritis juga dibagi menjadi
2.2.3. Tipe-tipe Gastritis
Terbagi menjadi penyakit ulkus peptik organik dan penyakit ulkus peptik fungsional.
2.2.3.1 Gastritis Akut
Pada kebanyakan kasus, cedera mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut pada mukosa lambung bersifat ringan dan sembuh total. Gastritis akut adalah penyakit klinis akut dengan etiologi yang jelas dan tanda serta gejala yang khas, biasanya terdapat pada sel inflamasi akut dan neutrofil (Price, 2005).
(25)
Dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung dan terjadi infeksi mukosa lambung pada beberapa tempat (Herlan, 2001).
Gastritis akut yang paling parah disebabkan oleh konsumsi asam atau basa kuat, yang dapat menyebabkan gangren atau perforasi pada selaput lendir. Jaringan parut dapat terbentuk, menyebabkan obstruksi pilorus (Brunner & Suddarth, 2003).
Gastritis akut dapat memiliki beberapa penyebab:
A. Iritasi dari obat-obatan, aspirin, NSAID
b. Kelebihan asam lambung dan pepsin
C. Dalam sebuah jurnal medis, para peneliti di University of Leeds menemukan bahwa stres dapat memengaruhi kebiasaan makan seseorang. Ketika orang stres, mereka cenderung makan lebih sedikit. Stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung berlebih. Hasilnya adalah sakit perut, nyeri, mual, mulas bahkan luka (O'Connor, 2007).
yaitu. Waktu makan yang tidak teratur, sering terlambat makan, atau sering makan berlebihan.
(26)
Erosi mukosa di berbagai bagian dapat dilihat dengan mata telanjang.Bila disebabkan oleh obat NSAID, sebagian besar terbatas pada antrum lambung, tetapi juga dapat menyebar. Pada saat yang sama, secara mikroskopis, erosi terjadi dengan reepitelisasi, dan respons seluler inflamasi neutrofil yang minimal dicatat (Mansjoer, 2001).
2.2.3.2 Gastritis kronis
Ketika sel radang menyusup, beberapa orang mengatakan itu adalah gastritis kronisLamina propria dan daerah intraepitel sebagian besar terdiri dari sel inflamasi kronis,
yaitu limfosit dan sel plasma. Kehadiran neutrofil di daerah tersebuttab aktivitas. Gastritis kronis dapat dibagi menjadi berbagai bentuk sesuai dengan histologi, topografi, dan etiologi yang menjadi dasar klasifikasi.
1. Klasifikasi histologis gastritis kronis yang umum digunakan adalah:
A. gastritis kronis superfisial
Gastritis kronis sering disebut sebagai gastritis progresif ketika akumulasi sel inflamasi kronis terbatas pada lamina propria mukosa superfisial dan edema dimana kelenjar terpisah dari mukosa, sedangkan sel kelenjar tetap utuh.
B. gastritis kronis atrofi
(27)
C. atrofi lambung
Atrofi ini dianggap sebagai tahap akhir dari gastritis kronis. Pada titik ini, struktur kelenjar menghilang dan dipisahkan dengan kuat oleh jaringan ikat.Selain itu, akumulasi sel inflamasi menipiskan mukosa menjadi sangat tipis, yang dapat menjelaskan mengapa perdarahan terlihat pada endoskopi.
D. metaplasia usus
Transformasi histologis kelenjar mukosa lambung menjadi kelenjar mukosa usus dengan sel berbentuk gunung. Perubahan tersebut dapat terjadi secara menyeluruh pada hampir seluruh bagian lambung, namun dapat juga terjadi secara selektif pada bagian lambung tertentu.
2. Menurut distribusi anatominya, gastritis kronis dapat dibagi menjadi: a. Gastritis kronis (gastritis tipe A)
(28)
b.Gastritis kronik antrum lambung (gastritis tipe B).
Gastritis adalah yang paling umum dan memang terjadiSangat dekat dengan Helicobacter pylori.Oleh karena itu, peningkatan keasaman lambung dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Selanjutnya, metaplasia adalah akibat langsung dari trauma oleh bakteri ini dan dapat diperparah dengan peningkatan produksi kompleks nitrat dan nitroso (Surya, 2009).
C. Gastritis AB
Merupakan gastritis dengan distribusi anatomis di seluruh lambung dan cenderung menyebar ke seluruh tubuh seiring bertambahnya usia (Herlan, 2003).
3. Dua aspek penting dari etiologi gastritis kronis, yaitu: a. kekebalan
Hubungan antara sistem kekebalan dan gastritis kronis dijelaskan dengan menggunakan antibodi terhadap faktor intrinsik dan antibodi terhadap sel parietal pada pasien dengan anemia pernisiosa. Antibodi terhadap sel parietal lebih kuat terkait dengan gastritis dalam berbagai derajat. Penderita gastritis kronis yang antibodi sel parietalnya positif dan berkembang menjadi anemia pernisiosa memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Histologi didominasi oleh gastritis kronis atrofi
(29)
2. Gastritis autoimun merupakan diagnosis histologis karena sulit didiagnosis secara endoskopik kecuali sudah sangat lanjut.
3. Hipergastrinemia yang terus-menerus dapat menyebabkan munculnya karsinoid yang parah.
B. Aspek bakteriologis
Untuk menentukan apakah ada bakteri pada gastritis, biopsi dilakukan jika pasien belum diobati dengan antimikroba selama 4 minggu. Patogen gastritis yang paling penting adalah Helicobacter pylori. Selain proses mikroba dan kekebalan, faktor lainYang mempengaruhi patogenesis gastritis kronis adalah refluksEmpedu pankreas kronis, asam empedu dan lysolecithin.
Helicobacter pylori juga merupakan bakteri Gram-negatif
merupakan salah satu penyebab gastritis berupa Helicobacter pylori, misalnya ekor spiral yang ditutupi lapisan rambut atau flagela. Ia bersarang dan bereproduksi di mukosa lambung dalam kondisi yang sangat asam. Gejala penderita Helicobacter pylori tidak berbeda dengan gastritis biasa, yaitu mual, kembung, dan nyeri. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa penyakit ini (kronis) berulang (Syam, 2009).
2.2.3.3 Gastritis organik dan fungsional
(30)
Tes fungsional dilakukan ketika penyebab tukak lambung lainnya tidak dapat diidentifikasi dengan tes endoskopi, ultrasonografi, dan laboratorium.
Definisi terbaru dispepsia atau sakit maag fungsional yang diterbitkan tahun lalu oleh para ahli global di bidang gastroenterologi menyebutkan bahwa orang dengan masalah maag mengalami rasa sakit atau terbakar, rasa penuh atau tidak nyaman di area ulu hati dalam waktu 6 bulan. makanan cepat saji Merasa kenyang setidaknya selama 3 bulan. Dari definisi tersebut, jelaslah bahwa sakit maag fungsional terjadi secara alami ketika seseorang mengalami sakit perut dalam jangka waktu yang lama.
Dispepsia fungsional sebenarnya berkaitan erat dengan faktor psikologis. Berbagai penelitian memang menunjukkan adanya keterkaitan antara faktor fungsional dan stressor, terutama kecemasan. Studi yang dilakukan oleh Melilea menunjukkan bahwa sakit maag fungsional lebih sering terjadi daripada tukak lambung organik, terhitung 70-80% kasus tukak lambung. (Melilea dan Fahrur, 2009).2.2.4 Patofisiologi gastritis
Semua mekanisme terjadinya gastritis erosif karena penyakit klinis yang parah tidak sepenuhnya dipahami. Faktor penting adalah iskemia mukosa lambung dan pepsin, refluks empedu dan cairan pankreas.
(31)
siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase adalah enzim pentingPembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglandin mukosa adalah salah satu faktor pertahanan yang paling penting dari mukosa lambung. Selain menghambat pembentukan prostaglandin mukosa, aspirin dan beberapa NSAID dapat merusak mukosa secara lokal. Aspirin dan NSAID juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat dan mukus di lambung, merusak kemampuan faktor pertahanan.
Gastritis disebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor agresif dan defensif. Faktor agresif adalah asam lambung, pepsin, NSAID, empedu, infeksi virus, infeksi bakteri, zat korosif: asam dan basa kuat. Faktor pertahanan termasuk lendir, bikarbonat mukosa, dan prostaglandin mikrosirkulasi (Hirlan, 2001).
2.2.5 Penyebab gastritis
2.2.5.1. Penyebab gastritis akut
(32)
Alasan lainnya adalah obat-obatan. Obat umumnya terkait dengan gastritis erosif termasuk aspirin dan kebanyakan NSAID (Herlan, 2002).
Makan terlalu cepat atau makanan yang terlalu pedas atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit ini. Penyebab lain gastritis akut termasuk alkohol, aspirin, refluks empedu, atau terapi radiasi (Brunner & Suddarth, 2002).
Endotoksin bakteri (setelah makan makanan yang terkontaminasi), kafein,
Alkohol dan aspirin adalah penyebab umum infeksi H. pyloriHelicobacter pylori adalah penyebab paling umum dari gastritis akut. biologi
Mematuhi epitel lambung dan mengganggu mukosa pelindung, memperlihatkan area epitel. Obat lain juga disertakan, seperti antiObat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti indometasin, ibuprofen, nafoxan,Sulfonamid, steroid, dan alkohol juga diketahui mengganggu penghalang zat berbahaya
Magen (Harga dan Wilson, 2006).2.2.5.2 Etiologi gastritis kronis
Dua aspek penting dari etiologi gastritis kronis adalah imunologi dan mikrobiologi.
(33)
Gastritis kronis atrofi tersebar luas di tubuh, yang dapat menyebar ke atrium, menyebabkan hipergastrinemia. Gastritis autoimun adalah diagnosis histologis karena sulit dideteksi secara endoskopik kecuali sudah sangat lanjut. Hipergastrinemia yang terus-menerus dan parah dapat menyebabkan gastritis karsinoid, yang sulit dideteksi.
Aspek Bakteriologis Untuk mengetahui adanya bakteri pada gastritis, harus dilakukan biopsi jika pasien belum diobati dengan obat antimikroba dalam 4 (empat) minggu terakhir. Bakteri terpenting sebagai patogenGastritis adalah Helicobacter pylori. terkait gastritisHelicobacter pylori lebih umum dan biasanya mewakili jenis gastritis ini. Dalam banyak kasus, ini menyebabkan atrofi mukosa lambungTahun infeksi H. pylori. Atrofi terbatas pada atrium, ehSerologi untuk korpus stadium sekarang atau keduanyaH. pylori biasanya negatif.
Insiden gastritis kronis, terutama gastritis antral, meningkat seiring bertambahnya usia. Di negara-negara Barat, hampir 80% penduduk menderita gastritis kronis pada usia 6 tahun dan 100% pada usia 7 tahun. Selain proses mikroba dan kekebalan, faktor lain juga mempengaruhi patogenesis gastritis, yaitu refluks cairan kronis.Penereatotilia, empedu dan lysolecithin (Herlan, 2002).
(34)
Ini terkait dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi di fundus atau korpus lambung. Tipe B terkadang disebutH. pylori mempengaruhi atrium dan pilorus (dekat ujung bawah).
dua belas). Ini terkait dengan bakteri Helicobacter pylori (H. Pylory).Faktor lain seperti makanan pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus ke lambung (Brunner & Suddarth, 2002).
2.2.6. Manifestasi klinis gastritis2.2.6.1 Gastritis Akut
Gejala umum termasuk sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, gas, dan muntah. Pendarahan gastrointestinal juga didokumentasikan sebagai hematemesis dan melena, diikuti dengan tanda-tanda anemia setelah koreksi perdarahan. Bila dilakukan anamnesis yang lebih rinci, biasanya tidak ada riwayat penggunaan obat atau bahan kimia tertentu (Mansjoer, 1999).
Ulkus superfisial dapat berkembang, yang dapat menyebabkan perdarahan.
Ketidaknyamanan perut (dengan sakit kepala, mual, dan kehilangan nafsu makan) serta muntah dan bersendawa dapat terjadi. Beberapa pasien tidak menunjukkan gejala. Kurangi atau persingkat 2 sampai 3 hari (Monica Ester, 2002).
(35)
2.2.6.2 Gastritis kronis
Gastritis tipe A biasanya tanpa gejala kecuali gejala defisiensi B12, dan pasien dengan gastritis tipe B mengeluhkan anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa pahit, atau mual dan muntah (Ester, 2002).
Kebanyakan orang tidak mengeluh. Hanya sebagian kecil yang mengeluh sakit hati, anoreksia, dan mual, dan pemeriksaan fisik tidak menunjukkan kelainan (Mansjoer, 2001).
2.2.7 Pengobatan gastritis2.2.7.1 Gastritis Akut
Faktor utamanya adalah menghilangkan penyebabnya, makan dengan posisi perut kecil dan sering. Obat ini dimaksudkan untuk mengatur sekresi asam lambung dalam bentuk antagonis reseptor H2. Inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antasida juga telah diusulkan sebagai pelindung sirup dalam bentuk sukralfat dan prostaglandin (Mansjoer, 1999).
Perawatan harus mencakup profilaksis untuk setiap pasien yang berisiko, pengobatan penyakit yang mendasarinya, dan penghentian obat yang mungkin memberikan perawatan yang efektif dan suportif. Hal ini dapat dicegah dengan membawa pH lambung menjadi 4 dengan antasida dan antagonis H2. Meski hasilnya masih kontroversial, namun tetap direkomendasikan secara luas.
(36)
Bentuk pencegahan terbaik adalah misoprostol, alias norprostaglandinmembran mukosa.
Bilas lambung dengan air es digunakan di masa lalu untuk menghentikan pendarahan dari saluran pencernaan bagian atas. Antasida, antagonis H2, dan sukralfat direkomendasikan karena tidak ada bukti klinis bahwa tindakan ini bermanfaat dalam mencegah perdarahan GI bagian atas, tetapi khasiatnya masih dipertanyakan. Biasanya, seiring dengan membaiknya kondisi pasien, perdarahan segera berhenti dan lesi mukosa dengan cepat kembali normal. Pada beberapa pasien, ini bisa mengancam jiwa. Tindakan ini dapat, misalnya, mengemboli arteri lambung kiri atauGastrektomi. Gastrektomi hanya boleh dilakukan secara absolut (Herlan,2001)。
Perawatan obat gastritis akut termasuk pantang alkohol dan makanan sebelum timbulnya gejala, dan kemudian diet non-stimulan. Jika gejala berlanjut, cairan intravena diperlukan. Untuk perdarahan, pengobatannya mirip dengan perdarahan saluran cerna bagian atas. Jika maag disertai basa kuat, gunakan jus buahkarena resiko perforasi.
2.2.7.2 Gastritis kronis
(37)
Gastritis tipe A kronis disebut juga gastritis atrofi atau fundic karena memiliki fundus di lambung. Gastritis tipe A kronis adalah penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibodi terhadap sel. Kelenjar parietal dan faktor intrinsik dan penghapusan terkaitSel parietal dan prinsipal yang mengurangi dan menginduksi sekresi asamKadar gastrin tinggi.
Gastritis tipe B kronis juga disebut gastritis antral karena umumnya melibatkan daerah atrium lambung dan lebih umum daripada gastritis tipe A kronis. Penyebab utama gastritis tipe B adalah infeksi kronisdari Helicobacter pylori. Penyebab lain dari gastritis kronis adalah makanMinum berlebihan, merokok, dan refluks asam dapat menyebabkan sakit maag dan kanker.
Pengobatan gastritis kronis bervariasi menurut kondisinyatersangka kejahatan. Antibiotik dapat diberikan jika ada ulkus duodenumKeterbatasan Helicobacter pylori. Namun, lesi tidak selalu muncul secara spontanGastritis kronis harus menghindari alkohol dan obat-obatan yang diketahui mengiritasi lambung. Jika anemia terjadi karena kekurangan zat besi (disebabkan oleh perdarahan kronis), kondisi ini harus ditangani. Dalam kasus anemia pernisiosa, terapi vitamin B.12 dan pengobatan yang tepat harus diberikan.
(38)
(bismut subsalisilat). Malabsorpsi vitamin B sering terjadi pada pasien dengan gastritis tipe A.
2.2.8 Pencegahan gastritis
Meskipun H. pylori tidak dapat diberantas selamanya, gastritis dapat dicegah dengan:
1. Menurut berbagai penelitian, makan lebih sedikit dan lebih banyak makanan bertepung seperti nasi, jagung, dan roti dapat menormalkan produksi asam lambung. Kurangi makanan yang mengiritasi lambung, seperti makanan pedas, asam, gorengan, dan berlemak.
2. Singkirkan kebiasaan minum. Minum berlebihan dapat mengiritasi atau mengiritasi lambung bahkan menyebabkan lapisan lambung mengelupas sehingga menyebabkan lambung meradang dan berdarah.
3. Jangan merokok. Merokok merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu, perokok lebih mungkin menderita gastritis dan tukak lambung. Merokok juga meningkatkan asam lambung, memperlambat penyembuhan dan meningkatkan risiko kanker lambung.
4. Beralih ke pereda nyeri, sebaiknya hindari NSAID seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen karena dapat mengiritasi lambung.
(39)
6. Menutrisi tubuh. Masalah pencernaan seperti mulas, kembung, dan sembelit lebih sering terjadi pada orang yang kelebihan berat badan (obesitas). Oleh karena itu, menjaga berat badan ideal dapat mencegah penyakit maag.
7. Berolahragalah lebih banyak. Latihan aerobik meningkatkan detak jantung, yang merangsang aktivitas otot usus, yang mengosongkan isi perut lebih cepat. Dianjurkan untuk melakukan latihan aerobik setidaknya 30 menit setiap hari.
8. Manajemen stres. Stres dapat meningkatkan jumlah serangan jantung dan stroke. Peristiwa ini menekan respon imun dan menyebabkan penyakit kulit. Plus, hal ini meningkatkan produksi asam lambung, yang dapat menghambat pencernaan. Tingkat stres setiap orang berbeda-beda. Untuk mengurangi stres, dianjurkan untuk makan makanan bergizi, istirahat yang cukup, olahraga teratur, dan menjaga ketenangan pikiran setiap saat. Anda bisa menenangkan pikiran dengan bermeditasi atau melakukan yoga untuk menurunkan tekanan darah, penat, dan penat.
2.3. perilaku sehat2.3.1. Filosofi perilaku
(40)
Makhluk hidup, mulai dari tumbuhan hingga hewan hingga manusia, bertindak karena memiliki aktivitasnya masing-masing.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkah laku (manusia) harus dipahami sebagai segala kegiatan atau kegiatan manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati dari luar.
Ditinjau dari bentuk respon terhadap stimulus ini, perilaku dapat dibedakan menjadi dua aspek:
1.perilaku rahasia
Seseorang merespons rangsangan dalam bentuk terselubung atau terselubungPenyembunyian (penyamaran), misalnya: ibu hamil mengetahui pentingnya pemeriksaanSaat hamil, seorang remaja mengetahui bahwa HIV/AIDS dapat ditularkan secara seksual dan banyak lagi.
2.perilaku terbuka (perilaku berlebihan)
Respons seseorang terhadap stimulus berupa tindakan nyata atau semu, misalnya ibu melakukan tes kehamilan atau membawa anak ke puskesmas untuk vaksinasi.
2.3.2. perilaku sehat
Karena keterbatasan ini, perilaku kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kategorikelompok:
1.
(41)
Bekerja keras untuk pulih saat sakit. Oleh karena itu, perilaku menjaga kesehatan ini mencakup tiga aspek:
A. Perilaku pencegahan dan pengobatan penyakit saat sakit,Kembalikan kesehatan setelah pemulihan.b. Perilaku yang meningkatkan kesehatan bila seseorang mampu
dia adalah
C.Kebiasaan makan (diet).
2. Perilaku Penelusuran dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Layanan
Ini mengacu pada upaya atau tindakan seseorang pada saat kesusahan dan / atau kesulitan. Tingkah laku atau tingkah laku dimulai dengan perlakuan terhadap sekskesehatan atau yang biasa disebut sebagai perilaku pencarian pengobatan(Perilaku Berorientasi Kesehatan).
Pengobatan sendiri (pengobatan sendiri) pergi ke luar negeri untuk perawatan medis.2.3.3 Bidang Perilaku
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap rangsangan yang berbeda disebut determinan perilaku. Penentu perilaku ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik yang sudah mapan atau bawaan dari orang yang bersangkutan, seperti tingkat intelektual, tingkat emosional, jenis kelamin, dll.
(42)
Dalam Notoadmodjo (2003), psikolog pendidikan Benjamin Bloom membagi perilaku manusia menjadi tiga faktor dominan, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi menjadi indikator-indikator untuk mengukur hasil pendidikan kesehatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
A. Komponen Dasar Setup
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo 2009 menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga komponen utama yaitu: keyakinan, pemikiran dan gagasan tentang objek, kehidupan emosional.atau evaluasi subjek, kecenderungan tindakan (disposisiPertunjukan).
b. Tingkat penyesuaian yang berbeda
Sikap ini mencakup perilaku yang menerima,jawab (jawaban), hargai (nilai), tanggung jawab(bertanggung jawab).
C. Gerakan atau Tindakan (Latihan)
Tingkat praktek atau tindakan yang melibatkan persepsi(persepsi), reaksi terbimbing (respons terbimbing), mekanisme (mekanisme)dan adopsi.
yaitu. Ubah (adopsi) perilaku atau metrik
(43)
Perubahan atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam tiga tahap dalam hidupnya:
1. Pengetahuan
Mereka dapat dibagi ke dalam kelompok berikut: pengetahuan tentang penyakit, pengetahuan tentang menjaga kesehatan, dan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.
2. Status
Sikap dapat dikelompokkan ke dalam kategori berikut: sikap terhadap penyakit dan kelemahan, sikap terhadap pemeliharaan dan gaya hidup sehat, dan sikap terhadap kesehatan lingkungan.
3. Latihan dan tindakan
Indikatornya adalah tindakan (praktik) yang berhubungan dengan penyakit, tindakan (praktik) untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan tindakan (praktik) yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan.
e.Aspek psikososial perilaku
Beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu mempengaruhi proses pembentukan dan/atau perubahan atau modifikasi perilaku. Faktor-faktor tersebut antara lain: sistem saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan pembelajaran perseptual adalah pengalaman yang ditimbulkan oleh indera seperti penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Motivasi diartikan sebagai motivasi untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini terwujud dalam bentuk perilaku.
(44)
Penentu perilaku manusia sulit diisolasi karena perilaku merupakan hasil dari berbagai faktor internal dan eksternal. Secara umum, perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek: fisik, psikologis dan sosial.
Beberapa teori lain mencoba mengungkap faktor-faktor penentu perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, dll, dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku:
1. Teoli Lawrence Green
Green berusaha menganalisis perilaku manusia dari perspektif kesehatan. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu atau sosial, yaitu penyebab perilaku dan penyebab non perilaku. Selain itu, perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor:
A. Faktor predisposisi (faktor penyebab) diwujudkan dalamPengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai, dll.b. Faktor pendukung (enabling factor) berlabuh
Lingkungan fisik, ada atau tidaknya sarana atau fasilitas kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, MCK, dll.
(45)
2. Teori Snehandu B. Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dari fakta-fakta berikut:
A. Niat seseorang untuk bertindak tidak berhubungan dengan kesehatan atauPerawatan Kesehatan (Niat Perilaku)
b.Dukungan sosial dari masyarakat sekitar (social support)
C. Keberadaan Informasi Kesehatan atau Kelembagaankesehatan (ketersediaan informasi)
D. Dalam hal ini, perusahaan otonom swasta yang bersangkutan menjadi aktifatau keputusan (otonomi individu)
e.Keadaan dimana tindakan boleh atau tidak boleh dilakukan (tindakan).Kondisi).
2. teori TKO
Menurut analisis kelompok kerja WHO, ada empat alasan utama seseorang berperilaku tertentu:
Pikiran dan perasaan diwujudkan sebagai pengetahuan, persepsi, sikap, keyakinan, dan evaluasi seseorang terhadap sesuatu.
A. Untuk mengetahui
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
(46)
Kepercayaan biasanya datang dari orang tua dan kakek nenek. Orang menerima keyakinan ini atas dasar keyakinan tanpa pembuktian terlebih dahulu.
C.Kondisi
Sikap menggambarkan rasa suka atau tidak suka terhadap objek sikap, biasanya dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain yang terdekat dengannya.
D. Referensi Orang Penting
Perilaku orang, terutama anak kecil, lebih cenderung dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.
e. Sumber daya (resources)
Sumber daya disini meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan lain-lain yang semuanya mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang.
e.Perilaku Normal, Kebiasaan, Nilai, dan Penggunaan Sumber Daya
Dalam masyarakat menghasilkan pola (jalan) kehidupan.hidup) sering disebut kebudayaan.
2.3.4 Perilaku sehat di lingkungan
(47)
2.3.5 Gaya hidup sehat.
Apakah perilaku tersebut berkaitan dengan usaha atau kegiatan seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan? Perilaku tersebut antara lain, namun tidak terbatas pada, makan dengan gizi seimbang, berolahraga teratur, tidak merokok, minum alkohol atau narkoba, istirahat yang cukup, mengelola stres, dan perilaku atau gaya hidup lain yang berdampak positif bagi kesehatan.
Preemptive behavior adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencegah terjadinya sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2004).
Sedangkan menurut Notoatmoj (2003), perilaku preventif berkaitan dengan usaha atau kegiatan seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Perilaku individu terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap berat objek, kerapuhannya, faktor sosial dan psikologis, faktor sosiodemografi, pengaruh media massa, nasihat orang lain, dan perhitungan keuntungan dan kerugian dari objek tersebut. perilaku. Perilaku ini membentuk pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.
(48)
2.3.6. Tindakan untuk mencegah gastritis
Penyakit kanker sangat umum di Indonesia. Sebuah survei tahun 2007 di Jakarta yang mencakup 1.645 responden mengungkapkan bahwa 60% pasien melaporkan masalah mulas. Mulas juga bisa menjadi gejala kanker perut. Jika mulas berulang tetap ada meskipun pengobatan, yang terbaik adalah mencari perhatian medis segera. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat (termasuk pelajar) akan pentingnya kesehatan lambung masih rendah. Padahal, dari segi ilmiah, sakit maag atau gangguan pencernaan bisa berdampak serius pada aktivitas sehari-hari remaja di sekolah dan orang dewasa yang sudah bekerja. Menjaga kesehatan perut Anda bukan hanya tentang menghindari sakit maag, ini adalah investasi jangka panjang, terutama dalam menghindari kanker perut. (Sam, 2009).
(49)
Sebuah studi tahun 2009 dari New York University Medical Center menunjukkan hasil yang sama mengenai risiko kelebihan garam, masalah perut juga diduga dipicu oleh stres dan gaya hidup. Namun, penelitian telah menemukan bahwa tukak lambung dan radang usus terutama disebabkan oleh Helicobacter pylori. (Marshall dan Warren, 2005),
Helicobacter pylori (H. pylori) adalah satu-satunya bakterihidup di dalam perut. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung dan menyebabkan masalah lambung kronis sejak masa kanak-kanak. Jika dibiarkan, itu dapat menyebabkan masalah seumur hidup. Helicobacter pylori menginfeksi tubuh manusia melalui ituOral, fecal-oral atau oral-oral. feses adalah seember kotoranOrang yang terinfeksi bakteri bersentuhan dengan makanan, air, dan benda lain, lalu masuk ke tubuh orang lain karena kondisi tidak sehat. Ketika bakteri menyebar melalui air liur atau muntahan seseorang yang memilikinya, sekarang disebut transmisi oral. Misalnya, menggunakan cangkir, sendok, atau piring bersamaan dan tidak mempraktikkan sanitasi yang baik membuat Anda berisiko terkena gastritis. (Sam, 2009).
(50)
Tidak ada bahan yang dapat dicerna atau abrasif diproduksi, dan akhirnya lapisan perut terkikis sendiri. (Afrlianto, 2009)
Jangan mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu pedas dan asam. Hindari makanan berlemak karena perut sulit mencerna lemak. Selain itu, konsistensi makanannya juga lembut (lunak). Perbanyak minum air putih, karena dapat mengurangi keasaman makanan atau minuman. Kurangi minum teh, kopi, atau minuman bersoda. Makan tidak boleh terlalu besar, tetapi harus dimakan dalam jumlah kecil, jika diperlukan obat penghilang rasa sakit (analgesik), harus diminum setelah makan dan tidak dalam keadaan perut kosong (Supriatna, 2009).
(51)
baba 3
Kerangka Penelitian3.1 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini menggambarkan gambaran pengetahuan tentang perilaku pencegahan gastritis siswa yang diuraikan sebagai berikut:
=
= periksa variabeltinggi pertama
2. Sedang 3. Pengetahuan Kurang 1. Definisi Gastritis 2. Jenis Gastritis 3. Penyebab Gastritis 4. Patofisiologi
radang perut.
5. Risiko/komplikasi gastritis. 6. Perilaku
mencegah maag
Pertunjukan
1. Makan dalam jumlah kecil, tapi sering.
2. Singkirkan kebiasaan minum. 3. Jangan merokok.
4. Ganti obat nyeri, bila memungkinkan jangan gunakan obat nyeri golongan NSAIL. 5. Tingkatkan pelatihan. 6. Manajemen stres.
7. Kurangi makanan yang mengiritasi lambung. 8.jangan makan terlalu malam.
(52)
3.2 Definisi pembedahan
Mengubah definisioperasional
Pengukuran Mezcala hasilPengukuranpengetahuan tentang segala sesuatu
Apa yang diketahui mahasiswa keperawatan USU tentang gastritis
Kuesioner Ordinal Rendah, Sedang, Tinggi
:
perilaku preventif
sikap didasarkan pada
Pencegahan gastritis pada mahasiswa sarjana dari universitas keperawatan.
(53)
baba 4
Metode penelitian
4.1 Desain studi
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif (Nursalam, 2008) untuk mendeskripsikan pengetahuan dan status perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4.3 Populasi dan sampel penelitian4.3.1 Populasi
Populasi terdiri dari seluruh peserta penelitian yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan dengan gastritis di Universitas Sumatera Utara. Jumlah total mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara adalah 352 (Fakultas Keperawatan USU, 2010).
4.3.2 Probe
(54)
Setelah itu, peneliti hanya memilih kuesioner dari responden yang hanya menderita gastritis. Ukuran sampel untuk penelitian ini ditetapkan sebesar 20-25% dari populasi (Arikunto, 2006). Besar sampel yang diperoleh adalah 88 orang
Kriteria sampel penelitian adalah responden yang bersedia, mahasiswa S1 Keperawatan USU, dan penderita maag.
4.4 Tempat dan waktu belajar
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2010 di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4.5 Pertimbangan etis
Penelitian dilakukan atas persetujuan Dekan Sekolah Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengakui bahwa responden memiliki hak untuk menyatakan kesediaan atau ketidaksediaannya untuk dijadikan subjek penelitian. Jika subjek ingin diperiksa, ia harus melakukannya terlebih dahuluTandatangani formulir persetujuan. jika tergugat menolaksedang diselidiki, peneliti tidak akan menegakkan dan menghormati hak-hak mereka. Kajian ini juga menekankan etika, yaitu:
A. Konsentrasi informan
(55)
B.anonim (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan memberikan nama responden, namun formulir akan diberi kode.
C. rahasiakan
Peneliti menjamin kerahasiaan data subjek. Karena para peneliti, hanya kumpulan data tertentu yang dilaporkan.
4.5 Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah mengumpulkan informasi dari responden. Peneliti menggunakan kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan gastritis, dan kuesioner perilaku pencegahan.
4.5.1 Kuesioner Demografi
Kuesioner demografi meliputi jumlah responden, usia responden, agama, kebangsaan, pekerjaan orang tua, apakah mereka bekerja paruh waktu, sumber informasi gastritis, dan tempat tinggal (tinggal mandiri atau sekolah berasrama). Informasi demografis ini dimaksudkan untuk membantu peneliti mengidentifikasi latar belakang responden yang dapat mempengaruhi penelitian ini.
4.5.2 Kuesioner Pengetahuan Gastritis
(56)
Gastritis, etiologi, gejala, patofisiologi, dan pencegahan gastritis. Pertanyaan 1 dan 2 berisi pengertian penyakit maag, pernyataan 3 berisi jenis penyakit maag, pernyataan 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11 dan 12 berisi penyebab penyakit maag, pernyataan 13 berisi tentang gejala penyakit maag, dan pernyataan 19 berisi Untuk informasi tentang pengobatan penyakit maag, Pernyataan No. 10 tentang komplikasi penyakit maag, sedangkan Pernyataan No. 14, 15, 16, '17, 18 berisi informasi tentang pencegahan penyakit maag.
Pernyataan positif muncul pada susunan angka 1, 3, 4, 8, 11, 12, 13, 16, 17, 18, sedangkan pernyataan negatif muncul pada susunan angka 2, 5, 6, 7, 9, 10, 14, 15, 19. 20. Tujuan kuesioner ini adalah untuk mengetahui pengetahuan tentang gastritis.
1 poin untuk jawaban yang benar, 0 poin untuk jawaban yang salah, dan 0 poin untuk pernyataan afirmatif. Oleh karena itu, jika responden menjawab benar pada pernyataan negatif, skornya adalah 1, sebaliknya skornya adalah 1. Jika jawaban salah, skor 0. Oleh karena itu, peringkat terendah yang mungkin untuk seorang responden adalah 0, dan peringkat tertinggi yang mungkin untuk seorang responden adalah 20.
4..5 3. Kuisioner perilaku pencegahan gastritis
Kuesioner perilaku preventif dibuat dengan memilih tidak pernah, kadang-kadang, sering, selalu/selalu. Respons tidak pernah diberi 0, kadang 1, sering 2, dan selalu 3, sehingga nilai terendah yang dapat dicapai responden adalah 0 dan nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 45.
(57)
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan pengetahuan gastritis pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori. Skor terendah yang mungkin adalah 0 dan skor tertinggi adalah 20. Berdasarkan rumus statistik P = range dibagi jumlah kelas (diadaptasi dari Sudjana, 1992), dimana p adalah panjang kelas, range (tertinggi) (skor dikurangi skor terendah) dari 20 menjadi 3 kategori kelas yaitu buruk, sedang dan baik, panjang kelasnya adalah 6
Mengambil p=6 dan nilai minimum 0 sebagai batas bawah kelas pertama, interval kelasnya adalah:
0-6 = kurang baik, 7-13 = cukup baik, 14-20 = baik
Untuk menilai pencegahan, perilaku antigastritis dikategorikan sebagai berikut: perilaku baik, perilaku sedang, perilaku buruk.
Dengan menggunakan rumus statistik Sudjana (1998) dengan rentang 54 dan 3 kelas perilaku (perilaku baik, sedang, buruk, sangat buruk), didapatkan panjang kelas 7
Dengan menggunakan p=18 dan nilai terendah 0 sebagai batas interval jenis pertama, data perilaku pencegahan gastritis diklasifikasikan sebagai berikut: 0-18 = perilaku buruk
(58)
4.6 Ketersediaan dan keandalan instrumen
Validitas mengacu pada sejauh mana instrumen mengukur apa yang ingin diukur. Secara teoritis, validitas terbagi menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas kontrak, dan validitas berbasis kriteria (Azwar, 2000). Alat ukur yang baik adalah yang memberikan hasil yang sama bila digunakan berkali-kali dalam satu set sampel (Ritonga, 1997). Pengujian validitas isi digunakan dalam penelitian ini dimana instrumen terlebih dahulu didiskusikan dengan pakar ilmu gastritis khususnya dosen Fakultas Keperawatan USU khususnya dosen spesialisasi medikal bedah dengan pelatihan Tingkat II. DanHasil Content Validity Index (CVI) untuk Pengetahuan dan PerilakuPencegahan gastritis, d. H. 0,95 (lihat Lampiran 6).
(59)
Berdasarkan jumlah butir menurut rumus Kuder-Richardson 21 (KR-21).bahkan pertanyaan (Arikunto, 2006).
Polit dan Huengler (1999) menyatakan bahwa suatu alat dikatakan reliabel jika skor reliabilitasnya lebih besar dari 0,70. Hasil uji reliabilitas perilaku pencegahan gastritis adalah 0,89 (lihat Lampiran 5), dan hasil uji reliabilitas pengetahuan tentang gastritis adalah 0,955 (lihat Lampiran 5).4.7 Pengumpulan data
(60)
4.7 Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah mengumpulkan semua data dalam beberapa langkah. Data responden diproses untuk memastikan semua tanggapan selesai. Kemudian kode data yang sesuai untuk memudahkan tabulasi dan analisis datamemasukkan (mengetik) data ke dalam komputer dan melakukan pengolahan dataGunakan teknologi berbantuan komputer.
(61)
Baba 5
Hasil Penelitian dan Pembahasan
5.1 Hasil penelitian
Penelitian “Survei Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara” ini melibatkan 88 responden dan menunjukkan gambaran responden berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, ras, pekerjaan, tempat tinggal dan menderita maag sebagai berikut:
5.1.1 Karakteristik demografis
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik sarjanaKeperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010
fitur frekuensi Persentase (%)
banyak kain
• 18-23 74 5,5
• 24-29 7 38,9
• 30-35 5 55,6
Mengejar
• Pria 19 21.6
• Perempuan 69 78,4
kebangsaan
• Melayu 4 4,5
• Jawa 13 14,8
• Batak
• Min
55 5
62,5 5,7
• Lainnya adalah 11 12,5
fitur frekuensi Persentase (%)
(62)
• bekerja sambil belajar
13 14,8
• Kuliah 75 85.2
perumahan
• Biaya 50 56,8
• memiliki kontrak/rumah
24 27,2
• Dengan orang tua
14 16,0
penyakit
• tidak ada mulas
• sakit perut terus-menerus
36
52
40,9
59,1
Dari Tabel 5.1 di atas. Dapat dipahami bahwa di antara 88 responden, mayoritas, atau 74 (84,1%), berusia antara 18 dan 23 tahun. Mayoritas siswa adalah perempuan, yaitu 69 (78,4%). Sebagian besar siswa beragama Islam yaitu 59 orang (67,0%). Mayoritas siswa adalah Batak, khususnya 55 (62,5%), sedangkan siswa mayoritas hanya 75 (85,2%). Santri sebagian besar tinggal di pesantren yaitu sebanyak 50 (56,8%), dan santri sebagian besar mengalami sakit maag yaitu sebanyak 52 (59,1%).
5.1.2. pemahaman siswa tentang sebab dan akibatradang perut
(63)
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi faktor pengetahuan siswaPenyebab Gastritis di School of NursingUniversitas Sumatera Utara 2010
TIDAK. pengetahuan faktoralasan
kerumunan persentase
1. Rendah 3 3.4
2. Menengah 4 4.5
3.Tinggi 81 92,0
kerumunan 88 100
Terlihat dari Tabel 5.2 bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki pemahaman yang tinggi tentang etiologi gastritis yaitu sebanyak 81 mahasiswa (92,0%).
5.1.3. Tindakan untuk mencegah gastritis
Perilaku pencegahan gastritis mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2010 ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi perilaku pencegahan gastritisMahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utaratahun 2010
TIDAK. Tindakan untuk mencegah gastritis kerumunan persentase
1. Sekarang 61 69,3
2. Sedang 17 19.3
3. Gut 10 11.4
kerumunan 88 100
(64)
5.1. membahas
5.2.1 Memahami faktor penyebab gastritis
Hasil survey pengetahuan siswa tentang faktor patogen penyakit maag menunjukkan sebagian besar siswa tergolong tinggi yaitu 81 orang (92,0%) (lihat Tabel 5.3). Karena pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, maka menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan baru. Hal ini sesuai dengan pandangan Hurlock (1999) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik kualitas hidupnya. Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas seseorang. Pendidikan dipandang sebagai cara orang memperoleh pengetahuan. Dilihat dari hasil survei, semua siswa sudah lulus SMA, bahkan ada yang menyelesaikan diploma untuk melanjutkan studi sarjana, dan ilmunya sudah bagus. Hal ini mungkin karena mereka adalah mahasiswa keperawatan dan pernah mengambil mata kuliah bedah gastritis atau mata kuliah IPA.
(65)
Pengetahuan mahasiswa tentang gastritis adalah pengetahuan mahasiswa tentang peradangan jaringan dinding lambung yang terjadi akibat infeksi virus atau masuknya bakteri patogen ke dalam saluran pencernaan (Endang, 2001). Siswa sudah banyak mengetahui tentang gastritis, dari jawaban siswa dapat diketahui bahwa gastritis adalah peradangan pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, selain itu gastritis juga disebabkan oleh kelebihan asam lambung. Siswa memiliki masalah perut seperti mual dan sakit perut. Hal ini sesuai dengan Raifudin (2010) bahwa gejala yang paling umum pada penderita gastritis adalah sakit perut, kembung, sakit kepala dan mual yang mengganggu aktivitas.Setiap hari, sakit perut, mual, muntah, sakit atau nyeriB. Rasa terbakar di epigastrium bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk dengan makan, kehilangan nafsu makan, sendawa, dan gas. itu juga bisa dilakukanDisertai demam, menggigil, cegukan.
Analisis peneliti terhadap data siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menunda waktu makan untuk menyelesaikan tugas kelas, sehingga waktu makan yang seharusnya disisihkan tidak menjadi kegiatan sehari-hari yang penting. makan. Hal ini sesuai dengan anggapan bahwa gastritis persisten menyebabkan eksaserbasi dan akhirnya eksaserbasi (Arifianto, 2009).Asam lambung yang menyebabkan koreng (borok) disebut borokperut. Oleh karena itu menurut Surya dan Marshall (2007).
(66)
Pengobatan gastritis yang tidak tepat dapat menyebabkan komplikasiMenyebabkan penyakit serius yaitu kanker lambung dan tukak lambung.
Selain siswa tidak merasa lapar di bawah tekanan, kebiasaan makan dan kebiasaan makan yang tidak baik ketika menghadapi masalah baik di dalam diri sendiri maupun di dalam kelas, seperti: B. Konsumsi jajanan,Minuman kaleng/soda untuk dinikmati siswaradang perut. Hal ini sesuai dengan O'Connor (2007) bahwa stres dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Ketika orang stres, mereka cenderung makan lebih sedikit. Stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung berlebih. Hasilnya adalah sakit perut, mual, mulas bahkan luka. Oleh karena itu menurut Herlan (2001), sekitar 20% penyebab gastritis akut adalah karena makanan yang terlalu pedas atau orang yang rutin minum alkohol dan bahan kimia lainnya, yang menyebabkan lambung meradang dan luka.
(67)
Merasa kenyang setidaknya selama 3 bulan dalam periode 6 bulan apa pun. Dari definisi tersebut, dapat dilihat bahwa orang dengan rasa tidak nyaman pada perut dalam jangka panjang secara alami akan menderita gastritis fungsional. Stres yang dialami seseorang juga merupakan faktor khususKegelisahan (kecemasan) dapat meningkatkan masalah perut.
5.2.2 Perilaku untuk mencegah gastritis
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa pada kelompok ini memiliki perilaku pencegahan gastritis yang rendah yaitu sebanyak 61 siswa (69,3%) (lihat Tabel 5.4). Mengikuti teori Green, Notoatmodjo (2003) menegaskan bahwa perilaku individu terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi pribadi, kerentanan, faktor sosial dan psikologis, faktor sosiodemografi, pengaruh media massa, nasihat orang lain, dan perhitungan keuntungan dan kerugian. perilaku ini. Perilaku ini membentuk pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Persepsi seseorang tentang masalah kesehatan saat ini dan cara mereka fokus terhadapnya dapat memberikan informasi tentang tingkat kesadaran mereka terhadap masalah tersebut dan dampaknya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari (Notoatmodjo, 2003).
(68)
(69)
Orang tua 50 murid (56,8%) (lihat Tabel 5.1.), sehingga makan cenderung menjadi tidak teratur dan acak.
Perilaku siswa tersebut bertentangan dengan pengetahuannya yang tinggi tentang gastritis (lihat Lampiran 4). Hal ini tidak sejalan dengan Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pengetahuannya, dan dari hasil analisis data semakin tinggi pengetahuan tanpa korelasi maka semakin baik perilaku seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kekurangan dalam perilaku siswa. Tinggal di kost, jadi waktu makan cenderung tidak menentu dan acak. Sakit perut dianggap normal bagi para siswa ini ketika mereka makan malam. Preemptive behavior adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencegah terjadinya sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2004). Tindakan pencegahan penyakit maag adalah berusaha menjaga kesehatan, memperoleh atau menjaga kesehatan, mencegah penyakit maag, dan berusaha menyembuhkan jika anda menderita penyakit maag.
(70)
Penggunaan alkohol dan obat-obatan, istirahat yang cukup, manajemen stres, perilaku aktif atau gaya hidup sehat (Uripi, 2004).